Kemampuan Kreativitas Pada Diri Manusia
202246500077
R4B
Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia yang berasal dari data, informasi, atau elemen yang sudah ada, untuk menciptakan sesuatu yang baru dan menyelesaikan suatu masalah. Kreativitas dapat diartikan juga kemampuan menanggapi dan memberikan jalan keluar segala pemecahan yang ada, kemampuan melibatkan pada proses penemuan, kemampuan intelegensi, gaya kognitif, dan motivasi, serta kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban untuk suatu masalah. Dengan demikian kreativitas diri sangat dibutuhkan dalam segala aktivitas kita. Adapun proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku yang dikemukakan oleh Parnes (dalam Nursito: 2000) yaitu:
Fluency (kelancaran), kemampuan seseorang mengemukakan ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.
Flexibility
(keluwesan), kemampuan dalam menghasilkan berbagai macam ide untuk
menyelesaikan masalah di luar kategori biasa.
Originality
(keaslian), kemampuan dalam memberikan tanggapan yang unik atau beda.
Elaboration
(keterperincian), kemampuan dalam mengungkapkan pengarahan ide secara rinci
untuk diubah dari ide menjadi kenyataan.
Sensitivity
(kepekaan), kemampuan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan
terhadap suatu situasi.
Kreatiivitas sendiri merupakan dasar dari seseorang untuk mengolah diri selalu pada posisi dinamis. Dengan cara memotivasi dan menstimulasi selalu dijadikan jalan dalam mengembangkan atau menumbuhkan ide dan gagasan. Memotivasi artinya memberikan sesuatu agar menemukan yang baru maka harus menolak jawaban tunggal, dengan memberikan beberapa kemungkinan sehingga dapat merangsang untuk selalu menemukan hal yang baru. Menstimulasi artinya mendorong ide atau gagasan yang ada untuk diungkapkan dengan ide, cara, dan bentuk yang baru. Terdapat tiga teori yang mengemukakan tentang pengembangan kreasi yaitu: 1) Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud dan Carl Jung; 2) Teori Humanistik dari Abraham Maslow dan Carl Rogers; 3) Teori Cziksentmihalyi.
Menurut Sigmun Freud dan Carl Jung, psikoanalisa menjelaskan bahwa kreativitas adalah cara yang menununjukan kemampuan seseorang dalam meengatasi masalah. Perilaku tersebut harus dibiasakan sejak dini agar sistem dapat ditemukan dengan sendirinya. Pemecahan yang ada pada pikiran, perasaan seseorang sering juga disesbut Habitus (Pamadhi 2012). Kerangka umum dalam sistem pemecahan yang ada pada habitus seseorang dapat menemukan temuan-temuan yang baru. Freud mengungkapkan proses kreatif merupakan upaya tak sadar menuju sadar bahwa ide atau gagasan yang sudah tidak relevan dan menyenanngkan untuk orang lain segera diubah menjadi produktivitas kreatif dengan melepaskan ide yang lama. Sebagai contoh misalnya sesuatu hal yang sudah dianggap stabil harus tetap berjuang untuk menemukan hal yang baru (Ismail 2006: 97). Kreativitas dapat didasari kepuasan seseorang, bahwa mekanisme perubahan yang beruntun merupakan peralihan ke perilaku tidak puas. Kepuasan yang ditemukan bukan hanya dalam produk atau hasilnya tetapi pada prosesnya juga, sehingga selalu ingin menciptakan penemuan yang baru. Carl Jung berpendapat ketidaksadaran dapat mempengaruhi peran dari kreativitas seseorang, alam pikiran yang tidak sadar dapat dibentuk oleh Habitus yang akhirnya akan menemukan ide dan teori baru.
2. Teori Humanistik (Abraham Maslow dan Carl
Rogers)
3. Teori Cziksentmihalyi
Cziksentmihalyi banyak menekankan pada
potensi alami (talent, bakat), jika seseorang mempunyai minat yang kuat disertai
dengan usaha yang serius maka kemampuan kreativitas tersebut akan muncul dan
dapat berkembang terus menerus. Pembinaan dapat dilakukan dengan melalui minat
yang kuat akan cepat mahir, konsisten mengakses dengan minat dan kebutuhan maka bakat tersebut
akan muncul, dan kemampuan dalam berkomunikasi kepada lingkungan untuk
mengembakan diri. Ini merupakan tanda kemampuan diri untuk menyesuaikan diri
untuk mencapai tujuan (Natawidjaya dan Moesa 1992: 67).
Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah dengan
memahami ciri-cirinya, Supriadi (1994) mengatakan bahwa ciri-cirinya dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan nonkognitif. Yang termasuk dalam
kognitif adalah orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Ciri
nonkognitif diantaranya adalah motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua
ciri tersebut sama pentingnya, kecerdasan tanpa dukungan kepribadian kreatif
tidak akan menghasilkan sesuatu. Kreativitas dapat diciptakan oleh orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis
yang sehat, kemampuan kreativitas tidak
hanya melibatkan otak saja, variabel emosi dan Kesehatan mental juga
berpengaruh dalam terciptanya sebuah hasil kreativitas.
Beberapa ciri kepribadian seseorang dengan kemampuan kreativitas, adalah sebagai berikut:
- Terbuka pada pengalaman baru;
- Fleksibel berpikir dan merespon;
- Menyatakan pendapat dan perasaan dengan bebas;
- Menghargai fantasi;
- Tertarik dengan kegiatan kreatif;
- Memilik pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh;
- Rasa ingin tahu yang besar;
- Kaya akan inisiatif;
- Peka terhadap lingkungan;
- Lebih mementingkan masa kini dan masa depan;
- Memiliki kesadaran etika dan estetik yang tinggi;
- Kritis terhadap respon orang lain.
Pengembangan kemampuan kreativitas
juga memiliki faktor yang menghambat dalam prosesnya. Diantaranya; hambatan yang
berasal dari diri sendiri, hambatan tersebut bisa berasal dari psikologis,
biologis, fisiologis, dan sosiologis. Psikologis seseorang yang mempengaruhi
pengembangan kreatif seperti pengaruh
dari kebiasaan, perkiraan harapan orang lain, kemalasan mental, membatasi diri
dengan batasan yang tidak perlu, kaku dalam berpikir, takut dikritik, dan
ketidakberanian untuk berbeda. Dalam faktor biologis menurut beberapa pakar,
kreativitas dihasilkan secara genetic atau heriditer, namun adapun yang beranggapan lingkungan yang menjadi
faktor utama. Sosiologis atau lingkungan social dapat mempengaruhi cara kita
dalam menunjukkan kreativitas kita, terkadang seseorang akan mengurungkan untuk
berpendapat agar dapat diterima. Faktor
fisiologis seseorang dapat mengalami kendala karena terjadi kerusakan otak yang
diakibatkan oleh kecelakaan atau penyakit, kelainan fisik seseorang juga dapat
menghambatnya dalam menunjukkan kreativitasnya.
Tidak hanya berasal dari diri
sendiri, faktor yang menghambat juga bisa dari pola asuh orang tua. Pola asuh
orang tua salah satu faktor penting dalam mengembangkan atau menghambat potensi
kreatif, misalnya seorang anak yang tumbuh di keluarga yang terbuka, menerima berbagai
pendapat dari anggota keluarganya, ia akan tumbuh menjadi anak yang terbuka, inisiatif
yang tinggi, produktif dan menyukai tantangan. Lain jika sebaliknya, pola asuh
yang mengutumakan kedisiplinan dan tidak diseimbangkan dengan toleransi,
memaksa kehendak, tidak memberikan kesempatan pada anak, maka akan menjadikan
generasi yang tertutup, takut untuk maju dan berkembang, terbiasa berpikir
linier. Kehidupan keluarga adalah lingkungan pertama untuk anak, menjadikan
pola pengasuhan adalah faktor utama untuk kehidupan hingga anak tumbuh dewasa.
Peranan seorang guru atau pengajar juga penting, bagi orang yang mempunyai kemampuan kreativitas yang tinggi akan menganggap sekolah dapat menjadi membosankan. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan kegiatan pembelajaran yang menantang serta pelajaran yang bisa melibatkan peserta didik secara aktif. Munandar (1999) menyatakan berbagai kondisi di sekolah yang dapat menjadi kendala perkembangan kreativitas, yaitu diantaranya;
- Sikap guru atau pengajar, tingkat motivasi intrinsik siswa terlihat rendah jika pengajar terlau banyak mengontrol.
- Belajar dengan hafalan mekanis, salah satu cara yang keliru dalam proses belajar adalah dengan hanya menghafal tanpa memahami apa yang dipelajari.
- Kegagalan, mempunyai dampak terhadap motivasi intrinsik dan kreativitas. Siswa pasti akan mengalami kegagalan, namun bagaiman cara pengajar membantu siswa memahami dan mengartikan kegagalannya.
- Tekanan dan konformitas, suatu konformitas (menyesuaikan pada nilai yang berlaku) yang terlalu dipaksakan dapat menghambat kreativitas, sebaiknya seseorang dibebaskan untuk menjadi dirinya sendiri.
Kesimpulan
Peranan kreativitas dalam diri seseorang adalah dasar dari terciptanya hal hal baru atau untuk menyelesaikan suatu masalah dengan tidak hanya terpaku pada satu cara saja. Merangsang kemampuan kreativitas secara maksimal dan benar dapat memunculkan variabel ide, gagasan, cara, dan konsep yang akan mempermudah kita dalam berinovasi, berkembang, berpikir, dan merespon. Mengembangkan atau menumbuhkan kreativitas tidak bisa dengan cepat perlu waktu dari dini, dan dibiasakan untuk menerima berbagai macam perbedaan. Kreativitas membutuhkan cara berpikir yang tidak berada pada satu jalur namun menambahkan cabang-cabang lainnya, dengan seperti itu potensi dan kemampuan kita akan berkembang. Selain otak atau kecerdasan, komponen yang penting dalam perkembangan kreativitas adalah pembendaharaan emosi dan kondisi kesehatan mental yang baik. Faktor lingkungan sosial juga bisa menghambat kita dalam menumbuhkan kreativitas, karena manusia akan hidup dalam lingkup sosial yang mengharuskan kita hidup berdampingan dengan orang lain. Lingkungan yang didalamnya ada tekanan yang dipaksakan, akan menjadikan diri kita tertutup dan tidak mengeluarkan orisinalitas yang kita inginkann agar diterima di lingkungan tersebut. Permasalahan tersebut dapat diatasi jika kita terbuka, tidak kaku, peka terhadap sekitar, dan tidak mudah terpengaruh.
Daftar Pustaka
Sunarto. 2018. “Pengembangan Kreativitas-Inovatif Dalam Pendidikan Seni Melalui Pembelajaran MUKIDI” dalam Jurnal Refleksi Edukatika jilid 8 (hlm. 108-109). https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/viewFile/%202348/1347. Diakses 17 Maret 2024.
Yeni Rachmawati, Euis Kurniati. 2012. “Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak” (hlm. 7-17). https://staffnew.uny.ac.id/upload/132309072/pendidikan/teori-kreativitas.pdf. Diakses 17 Maret 2024.
Komentar
Posting Komentar